Rachel adalah seorang siswi sebuah sekolah di Australia.
Bulan Desember 2010 lalu, ia liburan ke Jakarta untuk mengunjungi keluarganya. Kebetulan Rachel adalah sepupu seorang teman dan langsung mengajaknya berfoto di kawasan kota tua.
Thursday, February 24, 2011
Tuesday, February 22, 2011
Berpetualang ke alam liar bersama New Terios
Hari pertama perjalanan dengan Daihatsu New Terios kami menuju curug Panjang di kawasan Megamendung. Ditempat ini terdapat air terjun alami yang bertingkat dengan pemandangan yang elok sepanjang perjalanan menuju curug ini.
Dalam perjalanan ke Cibodas kami sempatkan dulu untuk berhenti dan merasakan sejuknya hawa khas Puncak pass sambil ditemani jagung bakar manis.
Taman Cibodas adalah sebuah kebun raya dengan koleksi ribuan tanaman. Taman ini didirikan tahun 1852, awalnya bernama Bergtuin te Tjibodas.
Perjalanan hari kedua New Terios diarahkan menuju selatan. Berangkat dari pelabuhan ratu lalu belok kanan di pertigaan jembatan Bagbagan. Jembatan dengan struktur kabel terlihat sudah tidak terawat dan tidak dipakai lagi. Sebagai gantinya jembatan baru dibangun disebelah jembatan peninggalan Jepang itu.
Tidak jauh dari jembatan itu kami melewati kebun teh Nirmala, sebelum akhirnya tiba di curug Cikaso.
Curug Cikaso mempunyai 3 cabang air terjun yang indah. Menuju ke tempat ini kita harus menyewa perahu kecil seharga Rp80.000,- / perahu. Pemandangan sepanjang sungai juga tak kalah indahnya. Air sungainya berwarna hijau akibat dari refleksi pohon yang ada di sepanjang sungai.
Menjelang sore hari kami bertolak ke utara menuju tujuan akhir kami, Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Jauhnya lokasi dan ramainya kondisi jalan, membuat kami agak terlambat tiba ditujuan.
Setelah bermalam di kantor pengelola TNGHS, esok paginya kami bertolak naik ke dalam hutan. Melewati jalan kampung dengan penduduknya yang ramah, membuat kami merasa aman meskipun berada jauh dari peradaban. Lama kelamaan kondisi jalan yang kami lewati makin menyempit dan berbatu, sampai akhirnya hanya sanggup dilewati oleh satu mobil saja. Agak kerepotan jika kebetulan bertemu dengan mobil dati arah berlawanan.
Kurang lebih 2 jam kami bekerja keras menaklukan medan tanjakan dan berbatu, akhirnya sampai juga di tujuan : Pos Cikaniki. Disini pengujung TNGHS harus melapor dan membayar tiket masuk sebesar Rp2.500,-
Ada beberapa petugas ranger yang sanggup menemani kita untuk berkeliling menikmati segarnya udara hutan hujan tropis TNGHS. Soalnya menurut data, dikawasan ini masih terdapat berbagai macam hewan buas seperti macan tutul, macan kumbang, rusa sampai elang jawa yang bebas berkeliaran.
Tidak jauh dari TNGHS, ada perkebunan teh yang cukup luas, konon kebun teh ini menghasilkan teh kualitas sangat baik dan dibeli oleh merk teh terkenal di negeri ini.
Menjelang tengah hari, kami turun menuju Sukabumi untuk lanjut pulang ke Jakarta karena mendung mulai meyelimuti TNGHS. Kami sengaja menghindari hujan di kawasan hutan karena takut licin dan longsor. Meskipun sempat kehujanan di dalam hutan, namun bersyukur kami tiba dengan selamat di Sukabumi dan selanjutnya bersabar menjalani kemacetan jalur Sukabumi - Ciawi yang kian parah saja.
Dalam perjalanan ke Cibodas kami sempatkan dulu untuk berhenti dan merasakan sejuknya hawa khas Puncak pass sambil ditemani jagung bakar manis.
Taman Cibodas adalah sebuah kebun raya dengan koleksi ribuan tanaman. Taman ini didirikan tahun 1852, awalnya bernama Bergtuin te Tjibodas.
Perjalanan hari kedua New Terios diarahkan menuju selatan. Berangkat dari pelabuhan ratu lalu belok kanan di pertigaan jembatan Bagbagan. Jembatan dengan struktur kabel terlihat sudah tidak terawat dan tidak dipakai lagi. Sebagai gantinya jembatan baru dibangun disebelah jembatan peninggalan Jepang itu.
Tidak jauh dari jembatan itu kami melewati kebun teh Nirmala, sebelum akhirnya tiba di curug Cikaso.
Curug Cikaso mempunyai 3 cabang air terjun yang indah. Menuju ke tempat ini kita harus menyewa perahu kecil seharga Rp80.000,- / perahu. Pemandangan sepanjang sungai juga tak kalah indahnya. Air sungainya berwarna hijau akibat dari refleksi pohon yang ada di sepanjang sungai.
Menjelang sore hari kami bertolak ke utara menuju tujuan akhir kami, Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Jauhnya lokasi dan ramainya kondisi jalan, membuat kami agak terlambat tiba ditujuan.
Setelah bermalam di kantor pengelola TNGHS, esok paginya kami bertolak naik ke dalam hutan. Melewati jalan kampung dengan penduduknya yang ramah, membuat kami merasa aman meskipun berada jauh dari peradaban. Lama kelamaan kondisi jalan yang kami lewati makin menyempit dan berbatu, sampai akhirnya hanya sanggup dilewati oleh satu mobil saja. Agak kerepotan jika kebetulan bertemu dengan mobil dati arah berlawanan.
Kurang lebih 2 jam kami bekerja keras menaklukan medan tanjakan dan berbatu, akhirnya sampai juga di tujuan : Pos Cikaniki. Disini pengujung TNGHS harus melapor dan membayar tiket masuk sebesar Rp2.500,-
Ada beberapa petugas ranger yang sanggup menemani kita untuk berkeliling menikmati segarnya udara hutan hujan tropis TNGHS. Soalnya menurut data, dikawasan ini masih terdapat berbagai macam hewan buas seperti macan tutul, macan kumbang, rusa sampai elang jawa yang bebas berkeliaran.
Tidak jauh dari TNGHS, ada perkebunan teh yang cukup luas, konon kebun teh ini menghasilkan teh kualitas sangat baik dan dibeli oleh merk teh terkenal di negeri ini.
Menjelang tengah hari, kami turun menuju Sukabumi untuk lanjut pulang ke Jakarta karena mendung mulai meyelimuti TNGHS. Kami sengaja menghindari hujan di kawasan hutan karena takut licin dan longsor. Meskipun sempat kehujanan di dalam hutan, namun bersyukur kami tiba dengan selamat di Sukabumi dan selanjutnya bersabar menjalani kemacetan jalur Sukabumi - Ciawi yang kian parah saja.
Friday, February 04, 2011
Swift and the City
Wednesday, February 02, 2011
Banten bersama Captiva
Bersama dengan majalah Autocar, saya berkesempatan untuk jalan-jalan ke daerah Banten. Mobil yang dipakai kali ini adalah Chevrolet Captiva AWD Diesel, cukup tangguh untuk melewati medan Banten bagian tengah dan selatan yang penuh bukit dan berkelok-kelok.
Tujuan pertama adalah ke Banten lama. Megunjungi kelenteng Avalokitesvara, benteng Speelwijk sampai masjid Agung Banten.
Pergi ke Serang jangan melewatkan untuk mencicipi makanan khas nya. Ada sate Bandeng dan Rabeg.
Hari kedua giliran menyusuri Banten bagian barat. Tetapi sebelum berangkat, kami sempat menyaksikan terlebih dahulu atraksi debus khas Banten.
Start dari Cilegon menuju pantai Anyer, mampir sebentar ke mercusuar tua buatan tahun 1885. Didekatnya juga terdapat pal 0 kilometer-nya jalur Anyer - Panarukan yang dibuat oleh Guberneur Jendral Daendels pada tahun 1806.
Menjelang siang hari, perjalanan kami teruskan ke Tanjung Lesung. Dengan kondisi jalan negara yang tidak terlalu mulus, perjalanan dari Anyer ke Tanjung Lesung kami tempuh selama 2,5 jam.
Di Tanjung Lesung, kami menginap satu malam di Villa Kalicaa. Sebuah villa resort yang romantis dengan private pool menghadap ke selat sunda. Konon perjalanan naik perahu ke pulau Krakatau bisa ditempuh dari Tanjung Lesung ini.
Hari ketiga adalah hari terakhir kami untuk menyudahi jalan-jalan Banten ini. Perjalanan menuju Jakarta melewati jalur selatan melewati kampung dimana suku Baduy bermukim.
Tujuan pertama adalah ke Banten lama. Megunjungi kelenteng Avalokitesvara, benteng Speelwijk sampai masjid Agung Banten.
Pergi ke Serang jangan melewatkan untuk mencicipi makanan khas nya. Ada sate Bandeng dan Rabeg.
Hari kedua giliran menyusuri Banten bagian barat. Tetapi sebelum berangkat, kami sempat menyaksikan terlebih dahulu atraksi debus khas Banten.
Start dari Cilegon menuju pantai Anyer, mampir sebentar ke mercusuar tua buatan tahun 1885. Didekatnya juga terdapat pal 0 kilometer-nya jalur Anyer - Panarukan yang dibuat oleh Guberneur Jendral Daendels pada tahun 1806.
Menjelang siang hari, perjalanan kami teruskan ke Tanjung Lesung. Dengan kondisi jalan negara yang tidak terlalu mulus, perjalanan dari Anyer ke Tanjung Lesung kami tempuh selama 2,5 jam.
Di Tanjung Lesung, kami menginap satu malam di Villa Kalicaa. Sebuah villa resort yang romantis dengan private pool menghadap ke selat sunda. Konon perjalanan naik perahu ke pulau Krakatau bisa ditempuh dari Tanjung Lesung ini.
Hari ketiga adalah hari terakhir kami untuk menyudahi jalan-jalan Banten ini. Perjalanan menuju Jakarta melewati jalur selatan melewati kampung dimana suku Baduy bermukim.
Subscribe to:
Posts (Atom)